Dark tourism ataupun pariwisata gelap jadi destinasi wisata terkenal di golongan anak muda dikala ini. Tujuan wisata dark tourism merupakan menyambangi tempat- tempat sisa terbentuknya sesuatu kejadian, mulai dari bencana alam sampai sisa posisi pembantaian. Dark tourism bukan semata- mata jadi destinasi uji nyali, tetapi pula buat mengenang kembali suatu peristiwa ataupun kejadian memilukan. Tujuannya supaya bisa menghindari perihal kurang baik tersebut terjalin dikemudian hari, ataupun hanya diambil hikmahnya. Dilansir dari bermacam sumber terdapat sebagian destinasi dark tourism Yogyakarta yang dapat dijelajahi

Museum Sisa Hartaku

Museum Sisa Hartaku ialah dark tourism terpopuler di Yogyakarta buat memeringati betapa dahsyatnya bencana letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 kemudian. Masih lekat di ingatan gimana mengerikannya letusan Gunung Merapi kala itu.

Salah satu perihal yang pula lumayan jadi atensi merupakan si juru kunci Mbah Marijan yang memutuskan buat senantiasa bertahan di posisi demi“ melindungi” gunung ini. Di tempat ini turis bisa memandang langsung benda- benda sisa tetapi telah lumayan rusak.

Sebut saja perlengkapan rumah tangga, furnitur lapuk, motor, serta tulang belulang hewan ternak. Sangat membuat air mata meleleh. Benda yang membuat seolah kembali ke masa itu merupakan jam bilik rusak dengan jarumnya menuju ke angka di mana peristiwa letusan terjalin.

Tidak hanya itu, terdapat pula tulisan- tulisan yang terencana terbuat masyarakat dekat buat menegaskan ngerinya peristiwa tersebut.

Makam Roro Mendut

Makam Roro Mendut yang terletak di Dusun Gandu, Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Wilayah Istimewa Yogyakarta. Walaupun telah tidak terurus serta tidak terdapat lagi juru kunci, makam Roro Mendut masih saja sering dikunjungi peziarah.

Tidak di sembarang hari, para peziarah cuma hendak tiba di malam- malam Kliwon, cocok dengan penanggalan Jawa. Sayangnya para peziarah tersebut terencana tiba buat melakukan ritual- ritual tertentu.

Ada 2 makam yang terdapat di posisi tersebut ialah makam Roro Mendut serta makam Pronocitro. Masyarakat dekat memahami keduanya selaku tokoh legenda yang mempunyai cerita cinta yang tragis.

Kedua nisan makam saat ini sudah ditumpuk jadi satu sehingga tingginya menggapai 1 m. Di atasnya terdapat kelambu dari kain kafan putih, yang telah kumal.

Buat hingga ke makam ini, cuma dapat dicapai dengan berjalan kaki sepanjang dekat 50 m merambah kawasan hutan dengan pohon- pohon berdimensi lagi. Semak- semak menjalar menutupi jalur tanah setapak, semacam telah lama tidak dijamah manusia.

Tetapi, begitu hingga di makam, ada bunga- bunga tabur yang nampak masih fresh. Bunga itu ditaruh di atas selembar daun pisang.

Aura mistis serta suram nampak sangat terasa dikala menjelajahi zona pemakaman Roro Mendut ini. Tetapi tidak menyurutkan para turis tiba ke tempat ini.

Gua Grubug

Banyak sekali gua- gua di kawasan Gunungkidul yang jadi saksi kejamnya kejadian tahun 1965, salah satunya merupakan Gua Grubug ataupun Luweng Grubug. Gua Grubug terletak di Dusun Jetis, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul.

Bertahun- tahun pasca kejadian seram tersebut, kengerian gua ini sedikit demi sedikit memudar. Paling utama pasca dicoba penaikan tulang belulang para korban pada tahun 1982.

Konon terdapat 3 truk tulang- belulang manusia yang sukses ke keruk dari dalam gua tersebut. Saat ini Gua Grubug jadi salah satu objek wisata dark tourism di Yogyakarta, yang ramai di kunjungi turis.

Turis bisa menyusuri Gua Grubug sekalian Gua Jomblang, sebab kedua gua ini mempunyai posisi yang lumayan perdekatan.

Makam Ratu Malang

source: wikipedia

Makam Ratu Malang yang terletak di atas Bukit Gunung Kelir, Pleret, Bantul, Yogyakarta dibentuk oleh Amangkurat I.

Amangkurat I ialah seseorang Raja Kasultanan Mataram yang memerintah pada 1646 sampai 1677.

Lingkungan makam dibentuk sepanjang kurang lebih 3 tahun, ialah dari 1665 sampai 1668 yang setelah itu diberi nama Antaka Pura yang berarti Istana Kematian ataupun Istana tempat menguburkan jenazah.

Pada lingkungan makam terdiri dari puluhan nisan yang dikelompokkan jadi 3 bagian ialah puluhan nisan di taman depan, satu nisan di balik, serta sebagian nisan di taman inti berpagar.

Makan ini jadi saksi dibunuhnya rombongan Ki Dalang Panjang Mas, sebab Amangkurat mau mempersunting istrinya si Ratu Malang. Tetapi nahas Ratu Malang memilah mati bersama suaminya ari pada di persunting si raja.

Sampai dikala ini, makam Ratu Malang masih ramai didatangi peziarah, tidak sedikit pula yang‘ bersemedi’ buat memperoleh ilmu pengasihan. Di sisi lain, lingkungan makam populer sangat angker sehingga wajib senantiasa melindungi sopan santun dikala berkunjung.